Senin, 01 Februari 2010

Usai Direhab, Siring Irigasi Tupak Roboh

MUSIRAWAS, MS
BELUM lama selesai dikerjakan, siring irigasi Tupak di Desa Sadarkarya, Purwodadi, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, roboh.
Menurut Kepala Desa Sadarkarya, Tugino, robohnya siring yang direhab tahun 2009 dengan dana senilai Rp 998,9 juta ini terletak di Dusun IV. Dijelaskan, proyek Dinas PU Pengairan ini dua kali roboh. Yang pertama pada pertengahan Desember 2009 roboh sepanjang 5 meter, kemudian awal januari 2010, roboh sepanjang 200 meter.
Tugino menerangkan, siring roboh karena sewaktu perehaban tidak dipasang paralon dan reng balok kiri kanan, sehingga siring tidak kuat menahan terjangan air. “Untunglah pihak pemborong cepat memperbaiki, sehingga tidak merugikan petani,” kata Tugino.
Sedangkan kepala tukang Rakijan, menerangkan siring tersebut pasangan tegak dengan lebar 105 centi meter, tebal dasar 20 centi meter, dan kedalaman 120 centi meter, serta lebar ban atas 25 centi meter.
Sementara PPTK Krisna Ansori, Selasa, (26/1), mengatakan rehab siring di Desa Sadarkarya 300 meter, dan Tembok penahan tanggul 500 meter. Menurutnya siring roboh karena adanya kesalahan perencanaan. semestinya siring tersebut ditutup semua, sehingga kuat menahan terjangan tanah di samping siring tersebut.
“Saya ketahui siring tersebut roboh setelah mendapat telepon dari Kepala Dinas PU Pengairan, maka siring tersebut kami perbaiki. Dan sekarang sudah selesai di perbaiki,” terang Krisna, yang sekarang sudah pindah tugas ke Dinas Pertambangan Musirawas. (Amsul Efendi/Nasrullah)

Jalan Lubukbesar Tidak Pakai Soil Semen



MUSIRAWAS, MS
KENDATI sudah dianggarkan, tetap saja pekerjaan pelebaran jalan dan ATB Lubukbesar-Simpang Jayaloka, Musirawas, Provinsi Sumatera Selatan, tidak menggunakan soil semen. Adanya efisiensi dan kesulitan mencari tanah, menjadi alasannya.
Menurut warga Pal 10, Sahirin, pengaspalan yang dilaksanakan PT Sejahtera Jaya Abadi dengan dana Rp 9.275.126.000, dimulai sekitar bulan Mei 2009. Cerita Sahirin, pekerjaan tidak merata. Kalau rusaknya parah atau lobangnya besar, maka jalan itu digali lalu dihampar batu, kemudian dilindas dan diberi aspal curah. Sedangkan kalau jalan masih terlihat bagus, maka tidak diperbaiki. “Selama pekerjaan saya tidak melihat adanya pemakaian semen,” ujar Sahirin.
Camat Jayaloka Agus Susanto, Jumat (22/1) menerangkan, rehab jalan tersebut titik nolnya dimulai dari desa Lubukbesar, Tiangpumpung Kepungut sampai ke Kecamatan Jayaloka. “Hasilnya cukup bagus,” puji Agus. “Proyek selesai 100 persen setelah lebaran.”
Seksi Perencanaan Dinas PU Bina Marga Musirawas, Alawiyah, menerangkan di dalam perencanaan pekerjaan jalan Lubukbesar menggunakan soil semen yang berfungi sebagai stabilisasi. Hanya saja, karena ada efisiensi, maka dalam pelaksanaan cuma beberapa meter saja pakai soil semen. “Kalau sepanjang jalan menggunakan soil semen, maka volume pelebaran dan ATB-nya akan berkurang,” kata Alawiyah, Rabu (27/1).
Sedangkan PPTK Ferry Agustian, Senin (25/1) menjelaskan pelebaran jalan di Lubukbesar sepanjang 13,7 kilo meter. Ferry Agustian menyebutkan di dalam RAB dan perencanaannya, jalan Lubukbesar memakai soil semen. Namun, karena kesulitan mencari tanah maka sepanjang jalan tidak menggunakan soil semen. “Sudah cco dan disetujui Dinas,” kata Ferry, menambahkan dana soil semen sekitar semiliar lebih.
Pantauan di lapangan, siring di Desa Lubukbesar, yang merupakan satu paket dengan pekerjaan jalan sudah ada yang ambruk. Selain itu, badan jalan juga banyak yang retak, bahkan ada 2 titik yang amblas dengan kedalaman hingga 2 centi meter. Bukan hanya itu, gorong-gorong di perempatan pengeboran minyak juga sudah hancur.
“Mengenai siring dan jalan yang rusak, PT Medco sanggup memperbaikinya, karena jalan tersebut selalu dilintasi Mobil PT Medco,” kata Ferry Agustian. (Amsul Efendi/Nasrullah)

Jalan Pal Besi Kembali Berlumpur

LUBUKLINGGAU, MS
PENGERASAN jalan Pal Besi RT 7 Kelurahan Jukung, Lubuklinggau Selatan I, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, diduga tidak maksimal. Saat ini, hasil pekerjaan yang dilaksanakan tahun 2009 dengan dana senilai Rp 97,9 juta itu kembali berlumpur.
Idir, warga setempat menduga jalan berlumpur karena koralnya kurang banyak. “Kebetulan saya juga ikut dalam pekerjaan jalan ini,” kata Idir. Menurutnya, panjang jalan yang dikoral 700 meter, lebar 3 meter. Adapun keseluruhan koral yang digunakan sekitar 28 truk. “Pelaksananya CV Kurnia Agung,” jelas Idir.
Sedangkan Pae, warga lainnya, berharap jalan ini segera diperbaiki. “Kami kesulitan membawa hasil kebun keluar, apa lagi di musim hujan seperti sekarang ini,” ungkapnya.
Sementara Padil, membenarkan pekerjaan jalan Pal Besi dilaksanakan CV Kurnia Agung. Menurutnya, pekerjaan dimulai bulan Juni 2009. Panjang jalan yang dikoral 705 meter, lebar 3 meter, tebal 15 centimeter. “Jumlah koral yang kita pakai sebanyak 75 truk,” beber Padil. “Kalau dihitung dengan kubik, sekitar 300 kubik.”
Sebelum dikerjakan, Padil mengaku kondisi jalan sangat parah. Jangankan mobil, motor saja sulit melewati jalan itu. “Sekarang jalan tersebut sudah bisa dilalui,” katanya, sembari mengatakan di dalam RAB tidak ada pembuatan siring maupun gorong-gorong. “Saya juga bingung, padahal biasanya selalu ada siring, apalagi gorong-gorong untuk dipasang di tempat tergenang air.” (M Al jupri)

Talud Karyadadi Belum Diplaster


MUSIRAWAS, MS
TAHUN anggaran 2009 sudah berlalu, namun pekerjaan talud di Desa Karyadadi, Purwodadi, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, masih belum diplaster. Kendati demikian, anggaran pekerjaan ini tetap cair 100 persen.
Sebagaimana diketahui, pekerjaan talud satu paket dengan pengaspalan di Desa Trikarya dan Karyadadi, serta pembuatan plat deker di Karyadadi. Adapun anggaran proyek yang dikerjakan CV Alfa Amin Utama sebesar Rp 1.075.204.000.
Seperti diberitakan sebelumnya, terkait persoalan ini PPTK Ferry Agustian beralasan talud tidak diplaster atas permintaan masyarakat setempat, karena takut ikan-ikan bakal mati. Lagipula, kata Ferry Agustian, pekerjaan baru selesai 75 persen. Namun keterangan Ferry Agustian dibantah Kabag Pembangunan Musirawas, Alexander Akbar. ” Semua fisik proyek di tahun 2009 sudah 100 persen,” kata Alexander Akbar, Sabtu (16/1).
Senada dengan Alexander Akbar, Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah H Gotri Suyanto, Jum’at (15/1) menerangkan kegiatan ini sudah dibayar 100 persen. “Mengenai proyek belum selesai, kita tidak tahu,” kata Gotri. “Kalau berita acara sudah masuk ke kita, tidak ada alasan bagi kita tidak membayarnya.”
Ditemui kembali, Senin (25/1), Ferry Agustian masih mengatakan pekerjaan ini baru selesai 75 persen. Namun ketika dinyatakan keterangan Kabag Pembangunan dan Kepala Dinas Pendapatan Daerah mengatakan proyek ini sudah 100 persen, Ferry Agustian tetap berkelit dan mengatakan perbuatan yang ia lakukan adalah manusiawi. “Ya yang namanya manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan,” kilahnya.
Terkait permasalahan ini, Inspektorat Musirawas, berulangkali dikonfirmasi belum mau berkomentar.

Retak Seribu
Sementara, berdasarkan pantauan di lapangan, kondisi jalan di Desa Trikarya dan Karyadadi, sudah retak seribu bahkan di beberapa titik sudah ada yang berlobang.
Menyikapi persoalan ini, Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Musirawas, Suyadi mengatakan pihaknya akan kroscek ke lapangan dan memanggil pihak rekanan melalui Dinas PU Bina Marga. “Apabila panggilan kami tidak ditanggapi, kami akan ambil tindakan, dan menempuh jalur hukum ketatanegaraan,” tegas Suyadi, Minggu (31/1).
Suyadi juga menerangkan bila proyek belum selesai dikerjakan sementara dana sudah dicairkan 100 persen, patut diduga telah terjadi upaya memanipulasi data. Bila demikian, tidak ada alasan bagi dinas untuk lepas tangan.
Guna menghindari terjadinya pekerjaan proyek amburadul, Suyadi berharap ke depan hendaknya masyarakat, LSM dan wartawan untuk proaktif mengawasi pembangunan yang memakai uang negara. “Apabila menemukan proyek amburadul dan diduga bermasalah, segera laporkan ke komisi D,” tandas Suyadi. “Kami akan panggil pelaksananya melalui dinas terkait.” (Amsul Efendi/Nasrullah)

Talud Lubukbinjai Rawan Ambruk



LUBUKLINGGAU, MS
KETAHANAN talud yang merupakan jalan akses menuju jembatan di Kelurahan Lubukbinjai, Lubuklinggau Selatan I, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, diragukan. Pasalnya, pekerjaan multi years yang dikerjakan PT Taruna Jaya ini terkesan asal jadi
Pantauan di lapangan, Penggalian tanah untuk pondasi talud berbentuk lurus dengan kedalaman berkisar sedalam pinggang orang dewasa. Batu yang digunakan bervariasi. Ada batu bujang, namun tak jarang ada yang lebih besar dari batu bujang. Di dasar pondasi, terlihat batu hanya ditumpuk-tumpuk begitu saja dan tidak semen. Di beberapa bagian terlihat talud sudah ada yang retak.
Menurut sumber, penggunaan batu-batu besar diduga bertujuan untuk mengirit material. Dengan demikian otomatis batu dan semen yang digunakan lebih sedikit ketimbang memakai batu bujang. Sedangkan Ali, yang mengaku sebagai pemasok material, Senin (25/1) menjelaskan batu yang dipakai diambil dari Sungai Airmalus, Petanang.
Sementara PPTK Mulyadi, Selasa (26/1), menjelaskan material besi yang digunakan adalah besi 12, 16, 19 dan 25. besi 12 untuk cincin semuran, besi 16 untuk semuran lantai. Pondasi harus berbentuk hurup “V”. “Apabila batu untuk pondasi hanya ditumpuk dan tidak disemen, saya tidak akan terima pekerjaan tersebut dan itu akan kami bongkar,” tegas Mulyadi. (Amsul Effendi/ Nasrullah)

© 2008 Por *Templates para Você*